Sanitasi Lingkungan Perumahan dan Kerja

Lingkungan kerja yang sehat sangat menentukan kenyamanan, produktivitas dan prestasi kerja. Selain itu, pada kegiatan industri yang meproduksi produk tertentu seperti makanan, minuman, jamu, obat, dan kosmetik menuntut kualitas sanitasi yang baik pada lingkungan kerja, area produksi dan proses produksi. Adapun hotel, restoran atau rumah makan, selain tuntutan sanitasi yang baik dalam lingkungan kerjanya juga tuntutan sanitasi yang baik dalam pelayanan terhadap konsumen, seperti bedcover, meubeler, peralatan makan, dapur, cara preparasi dan penyajian makanan-minuman, dan rest area. Standarisasi pengetahuan dan praktek sanitasi sangat diperlukan untuk mencapai kepuasan konsumen dan kualitas layanan yang optimal. Standar sanitasi yang baik dapat diuji dengan metoda-metoda praktis melalui pengujian-pengujian yang dapat dilakukan dengan cepat dan akurat terlebih karena saat ini produk-produk pengujian sanitasi lingkungan telah tersedia dan mudah diperoleh. Standar sanitasi tidak terlepas dari macam kegiatan yang dilakukan dan resiko-resiko yang dapat ditimbulkan dari kondisi sanitasi tersebut. Kegiatan usaha berupa industri makanan-minuman tentu akan berbeda dengan rumah sakit atau hotel dalam hal standar sanitasi dan parameter yang digunakan. 6. Pengolahan air limbah keluarga “Visit Indonesia” adalah semboyan yang beberapa tahun belakangan ini sering kita lihat di televisi maupun spanduk di tengah keramaian kota. Keindahan alamnya membuat negara ini dijuluki Zamrud Khatulistiwa, kita patut bangga terhadap kekayaan budaya dan alam yang dimiliki oleh negara ini. Namun, ada satu hal yang luput dari perhatian kita, yaitu masalah kebersihan. Tengok saja, sungai-sungai yang ada di Indonesia. Tingkat pencemaran air sungai di berbagai daerah di Indonesia sangat tinggi. Sepanjang tahun 2010 terjadi 79 kasus pencemaran lingkungan yang mencemari 65 sungai di Indonesia. Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun, termasuk kerugian di bidang pariwisata. Sungguh ironis sekali. Pemerintah telah berupaya membuat Indonesia menjadi tempat pariwisata, namun kondisi lingkungan masih tidak mendukung. Apalagi, sumber air untuk kebutuhan kita sehari-hari selama ini berasal dari sungai-sungai tersebut. Salah satu sumber pencemar terbesar sungai-sungai di Indonesia adalah limbah rumah tangga (blackwater dan greywater). Greywater (limbah rumah tangga ringan) berasal dari air bekas cucian peralatan rumah tangga, seperti peralatan makan, pakaian, dll. Sedikitnya 1,3 juta meter kubik limbah cair rumah tangga dari 22 juta penduduk Jabodetabek dialirkan ke sungai, belum termasuk penduduk di daerah perkotaan lain (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta, 2010) Di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta Timur dan Jakarta Utara, air bersih sudah menjadi barang langka. Tidak hanya di Jakarta, kelangkaan air bersih sekarang ini menjadi salah satu masalah di dunia. Kenaikan jumlah penduduk membuat kebutuhan air semakin meningkat. Menurut National Water Company, rata-rata orang di rumah menggunakan sekitar 1600 liter per hari untuk berbagai kebutuhan. Tiga kebutuhan air terbesar dalam rumah tangga adalah untuk menyiram tanaman, mandi, dan mencuci. Dari sini muncul ide di kepala saya, kenapa kita tidak mengolah air limbah rumah tangga (greywater) menjadi air bersih yang bisa dimanfaatkan kembali? Tentu banyak masalah yang dapat teratasi, mulai dari masalah krisis air bersih, masalah lingkungan, hingga masalah kerugian di bidang pariwisata. Limbah rumah tangga mengandung bahan-bahan anorganik maupun organik, seperti bakteri, bahan kimia yang apabila tidak diolah secara tepat dapat menjadi penyebab penyakit disentri, tipus, kolera, dan lain-lain. Teknologi pengolahan air limbah rumah tangga yang ada saat ini memerlukan beberapa tahapan agar mendapatkan air bersih. Tempat pengolahan juga harus dikontrol dan dibersihkan secara berkala. Hal ini membuat proses pengolahan menjadi tidak praktis. Oleh karena itu, teknologi yang cepat dan efektif untuk pengolahan air limbah rumah tangga sangat diperlukan. Salah satu teknologi yang dapat mengolah air limbah rumah tangga adalah fotokatalisis. Teknologi ini melibatkan reaksi fotokimia oleh suatu katalis. Reaksi ini mengakibatkan bahan kimia menjadi terurai sehingga menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Katalis yang digunakan, yaitu Titanium oksida (TiO2), hanya akan aktif ketika terkena cahaya, termasuk cahaya matahari dan tergolong aman, murah, serta ramah lingkungan karena bersifat non toksik. Karena menggunakan energi radiasi sinar matahari, fotokatalisis termasuk teknologi hemat energi. Selain itu, tidak memerlukan pengontrolan dan pembersihan tempat pengolahan secara berkala. Dengan demikian, fotokatalisis merupakan teknologi yang cukup solutif untuk pengolahan greywater rumah tangga.

0 komentar:

Posting Komentar