Agroindustri atau industri pengolahan hasil pertanian merupakan salah
industri yang menghasilkan air limbah yang dapat mencemari lingkungan. Bagi
industri-industri besar, seperti industri pengolahan kelapa sawit, teknologi
pengolahan limbah cair yang digunakan mungkin sudah memadai, namun tidak
demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat tingginya
potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh air limbah yang tidak dikelola dengan
baik maka diperlukan pemahaman dan informasi mengenai pengelolaan air limbah
secara benar.
Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan
pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling),
pemanfaatan dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil yang
optimal, kegiatan-kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan
dan bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja. Bila pengelola an limbah hanya diarahkan pada kegiatan
pengolahan limbah maka beban kegiatan di Instalasi Pengolahan Air Limbah akan
sangat berat, membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan lebih banyak,
teknologi dan biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah
(pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan sangat membantu mengurangi
beban pengolahan limbah di IPAL. Tren pengelolaan limbah di industri adalah
menjalankan secara terintergrasi kegiatan pengurangan, segregasi dan handling
limbah sehingga menekan biaya dan menghasilkan output limbah yang lebih sedikit
serta minim tingkat pencemarnya. Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut
kemudian dibuat menjadi berbagai konsep seperti: produksi bersih (cleaner
production), atau minimasi limbah (waste minimization). Secara prinsip, konsep
produksi bersih dan minimasi limbah mengupayakan dihasilkannya jumlah limbah
yang sedikit dan tingkat cemaran yang minimum. Namun, terdapat beberapa
penekanan yang berbeda dari kedua konsep tersebut yaitu : produksi bersih
memulai implementasi dari optimasi proses produksi, sedangkan minimasi limbah
memulai implementasi dari upaya pengurangan dan pemanfaatan limbah yang
dihasilkan. Produksi Bersih menekankan pada tata cara produksi yang minim bahan
pencemar, limbah, minim air dan energi. Bahan pencemar atau bahan berbahaya
diminimalkan dengan pemilihan bahan baku yang baik, tingkat kemurnian yang
tinggi, atau bersih. Selain itu diupayakan menggunakan peralatan yang hemat air
dan hemat energi. Dengan kombinasi seperti itu maka limbah yang dihasilkan akan
lebih sedikit dan tingkat cemarannya juga lebih rendah. Selanjutnya limbah
tersebut diolah agar memenuhi baku mutu limbah yang ditetapkan. Strategi
produksi bersih yang telah diterapkan di berbagai negara menunjukkan hasil yang
lebih efektif dalam mengatasi dampak lingkungan dan juga memberikan beberapa
keuntungan, antara lain : a. Penggunaan sumberdaya alam menjadi lebih efektif
dan efisien; b. Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar; c.
Mencegah berpindahnya pencemaran dari satu media ke media yang lain; d.
Mengurangi terjadinya risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan; e.
Mengurangi biaya penaatan hukum; f. Terhindar dari biaya pembersihan lingkungan
(clean up); g. Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional; h.
Pendekatan pengaturan yang bersifat fleksibel dan sukarela. Minimasi limbah
merupakan implementasi untuk mengurangi jumlah dan tingkat cemaran limbah yang
dihasilkan dari suatu proses produksi dengan cara pengurangan, pemanfaatan dan
pengolahan limbah. Pengurangan limbah dilakukan melalui peningkatan atau
optimasi efisiensi alat pengolahan, optimasi sarana dan prasarana pengolahan
seperti sistem perpipaan, meniadakan kebocoran, ceceran, dan terbuangnya bahan
serta limbah. Pemanfaatan ditujukan pada bahan atau air yang telah digunakan
dalam proses untuk digunakan kembali dalam proses yang sama atau proses
lainnya. Pemanfaatan perlu dilakukan dengan pertimbangan yang cermat dan
hati-hati agar tidak menimbulkan gangguan pada proses produksi atau menimbulkan
pencemaran pada lingkungan. Setelah dilakukan pengurangan dan pemanfaatan
limbah, maka limbah yang dihasilkan akan sangat minimal untuk selanjutnya
diolah dalam instalasi pengolahan limbah. Pada kegiatan pra produksi dapat
dilakukan pemilihan bahan baku yang baik, berkualitas dan tingkat kemunian
bahannya tinggi. Saat produksi dilakukan, fungsi alat proses menjadi penting
untuk menghasilkan produk dengan konsumsi air dan energi yang minimum, selain
itu diupayakan mencegah adanya bahan yang tercecer dan keluar dari sistem
produksi. Dari tiap tahapan proses dimungkinkan dihasilkan limbah. Untuk
mempermudah pemanfaatan dan pengolahan maka limbah yang memiliki karakteristik
yang berbeda dan akan menimbulkan pertambahan tingkat cemaran harus dipisahkan.
Sedangkan limbah yang memiliki kesamaan karekteristik dapat digabungkan dalam satu
aliran limbah. Pemanfaatan limbah dapat dilakukan pada proses produksi yang
sama atau digunakan untuk proses produksi yang lain. Limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan selanjutnya diolah pada unit pengolahan limbah untuk menurunkan
tingkat cemarannya sehingga sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Limbah
yang telah memenuhi baku mutu tersebut dapat dibuang ke lingkungan. Bila
memungkinkan, keluaran (output) dari instalasi pengolahan limbah dapat pula
dimanfaatkan langsung atau melalui pengolahan lanjutan. Pengolahan limbah
adalah upaya terakhir dalam sistem pengelolaan limbah setelah sebelumnya
dilakukan optimasi proses produksi dan pengurangan serta pemanfaatan limbah.
Pengolahan limbah dimaksudkan untuk menurnkan tingkat cemaran yang terdapat
dalam limbah sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. Limbah yang dikeluarkan
dari setiap kegiatan akan memiliki karakteristik yang berlainan. Hal ini karena
bahan baku, teknologi proses, dan peralatan yang digunakan juga berbeda. Namun
akan tetap ada kemiripan karakteristik diantara limbah yang dihasilkan dari
proses untuk menghasilkan produk yang sama. Karakteristik utama limbah
didasarkan pada jumlah atau volume limbah dan kandungan bahan pencemarnya yang
terdiri dari unsur fisik, biologi, kimia dan radioaktif. Karakteristik ini akan
menjadi dasar untuk menentukan proses dan alat yang digunakan untuk mengolah
air limbah. Pengolahan air limbah biasanya menerapkan 3 tahapan proses yaitu
pengolahan pendahuluan (pre-treatment), pengolahan utama (primary treatment), dan
pengolahan akhir (post treatment). Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk
mengkondisikan alitan, beban limbah dan karakter lainnya agar sesuai untuk
masuk ke pengolahan utama. Pengolahan utama adalah proses yang dipilih untuk
menurunkan pencemar utama dalam air limbah. Selanjutnya pada pengolahan akhir
dilakukan proses lanjutan untuk mengolah limbah agar sesuai dengan baku mutu
yang ditetapkan. Terdapat 3 (tiga) jenis proses yang dapat dilakukan untuk
mengolah air limbah yaitu : proses secara fisik, biologi dan kimia. Proses
fisik dilakukan dengan cara memberikan perlakuan fisik pada air limbah sepertii
menyaring, mengendapkan, atau mengatur suhu proses dengan menggunakan alat
screening, grit chamber, settling tank/settling pond, dll. Proses biologi deilakukan
dengan cara memberikan perlakuan atau proses biologi terhadap air limbah
seperti penguraian atau penggabungan substansi biologi dengan lumpur aktif
(activated sludge), attached growth filtration, aerobic process dan an-aerobic
process. Proses kimia dilakukan dengan cara membubuhkan bahan kimia atau
larutan kimia pada air limbah agar dihasilkan reaksi tertentu. Untuk suatu
jenis air limbah tertentu, ketiga jenis proses dan alat pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau dikombinasikan. Pilihan
mengenai teknologi pengolahan dan alat yang digunakan seharusnya dapat
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi dan pengelolaannya.
0 komentar:
Posting Komentar