Konsep Dan Prinsip-Prinsip Epidemiologi



1.Sejarah Perkembangan Epidemiologi
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.
Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut
Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu kala dan bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi dan genetika. 
Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi menekankan pada kelmpok individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran, epidemiologi juga membutuhkan disiplin lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan statiska. 
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di kala itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan variolasi, Abad ke 5 SM muncul Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya Galen melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15 terjjadi karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik dalam epidemiologi dengan mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.
Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam menjawab epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia II disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle, robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan. 
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3. Penularan penyakit
4. Eksprimen pada manusia
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen, yakni :
1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
1. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
1. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.


2.Batasan pengertian epidemiologi
Kata epidemiologi berasal dari Bahasa Yunani, epi berarti pada/tentang, demos berarti penduduk, dan logos berarti ilmu. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.

Epidemiologi adalah suatu metodologi ilmiah yang digunakan untuk mempelajari epidemi dan temuannya, dan hasil studi epidemiologi kemudian digunakan di bidang kesehatan masyarakat dan kedokteran untuk mengendalikan kejadian luar biasa (KLB) penyakit dan mencegah terulangnya kejadian penyakit tersebut di masa mendatang.

Selain definisi asal kata, banyak definisi epidemiologi yang dibuat oleh ahli kesehatan. Definisi yang dibuat tersebut terkait dengan keadaan dan waktu, dikenal ada dua definisi yaitu:
1. Definisi lama (sebelum tahun 1960): Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran dan perluasan suatu penularan penyakit dalam suatu kelompok penduduk atau masyarakat. Dasarnya adalah sebelum tahun 1960 penyakit menular merupakan penyakit yang paling banyak dialami penduduk dunia.
2. Definisi baru (setelah tahun 1960): Beberapa tokoh yang terkenal dalam ilmu penyakit memberi definisi mengenai epidemiologi sebagai berikut.
a. Mag Mahon & Pugh (1970). Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit terhadap manusia.
b. Omran (1974). Epidemiologi adalah suatu studi mengenai kejadian dan distribusi kesehatan, penyakit, dan perubahan pada penduduk.
c. Mausner & Kramer (1985). Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia.
d. Last (1988). Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasinya untuk menanggulangi masalah kesehatan.
e. "Epidemiologi adalah studi tentang faktor yang menentukan frekuensi dan distribusi penyakit pada populasi manusia". (Lowe C.R. & Koestrzewski.J., 1973)
f. "Epidemiologi ialah suatu studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada populasi manusia" (Barker, D.J.P., 1982)
g. "Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit atau keadaan fisiologis pada penduduk dan determinan yang mempengaruhi distribusi tersebut. (Lilienfeld A.M., & D.E. Lilienfeld, 1980)

Dari batasan tersebut terdapat persamaan yaitu semua menyatakanepidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi frekuensi penyakit heserta determinannya, hanya terdapat dua perbedaan yaitu tambahan fenomena fisiologis (Lilienfeld & Lilienfeld) dan ruda paksa (Mausner & Bhan). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari penyakit, ruda paksa, dan fenotnena fisiologis tentang frekuensi distribusi dan determinannya pada kelompok manusia.

PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI
Pengertian epidemiologi dapat ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan tujuan masing-masing yaitu,
1. aspek akademik,
2. aspek praktis,
3. aspek klinis, dan
4. aspek administratif.

Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisis data kesehatan, sosial ekonomi, dan kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi dan interpretasi perubahan-perubahan keadaan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi di masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu.

Aspek Praktis
Ditinjau dari segi praktis, epidemiologi merupakan ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan penyebaran penyakit yang mcnimpa individu, kelompok, atau masyarakat umum.
Dalam hal ini, penyebab penyakit tidak harus diketahui secara pasti, tetapi diutamakan pada cara penularan, infektivitas, menehindarkan agen yang diduga sebagai penyebab, toksin atau lingkungan, dan membentuk kekebalan untuk menjamin kesehatan masyarakat. Misalnya:
1. Ditemukannya efek samping obat iodokloroquinolin yang serius di Jepang, walaupun saat itu mekanismenya belum diketahui dengan jelas dan di Indonesia belum diternukan adanya efek samping tersebut, tetapi pemcrintah Indonesia melalui Depanemen Kesehatan telah melarang beredarnya obat tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran efek samping obat tersebut masuk ke Indonesia.
2. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), walaupun cara perlindungan dan pengobatan belum diketahui, tetapi telah dilakukan berbagai upaya untuk mencegah pcnyebaran penyakit tersebut, misalnya harus ada keterangan bebas AIDS untuk dapat masuk suatu negara, screening pada donor darah, pengawasan terhadap homoseks, dan lain-lain.

Aspek Klinis
Ditinjau dari aspek klinis, epidemiologi berarti suatu usaha untuk mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi melalui penemuan klinis atau laboratoris pada awal kejadian luar biasa atau timbulnya penyakit Baru seperti, karsinoma vagina pada gadis remaja atau AIDS yang awalnya ditemukan secara klinis.

Aspek Administratif
Epidemiologi secara administratif berarti suatu usaha untuk mengetahui status kesehatan masyarakat disuatu wilayah atau negara agar dapat diberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Usaha ini membutuhkan data tentang pengalaman petugas kesehatan setempat, data populasi, dan data tentang pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat.




3.Mengapa petugas kesehatan membutuhkan Epidemiologi

Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas dapat di jelasakan melalui beberapa hal berikut ini:
• Walaupun teknologi kedokteran telah menngalami kemajuan yang sangat pesat, tetapi masih banyak faktor penyebab penyakit yang belum terungkap terutama penyakit-penyakit kronis, dan penyakit yang belum pernah terjadi atau penyakit baru dan belum pernah di laporkan sebelumnya. Dalam hal demikian, pendekatan epidemiologi merupakan cara yang paling efektif dan efisien untuk mengungkapkan penyebabnya.
• Keberhasilan percobaan pengobatan penyakit atau pencegahan penyakit yang dilakukan di klinik atau di laboratorium masih harus di uji kemampuannya di masyarakat
• Frekuensi distribusi penyakit yang diperoleh di rumah sakit harus di sesuaikan dengan kondisi di masyarakat.
• Dalam upaya peningkatan derajat kesahatan masyarakat melalui pelayanan kesahatan di butuhkan informasi tentang yang terkena, jumlah orang yang terkena, dimana dan bilaman terkenanya. Penyebaran dan penyebabnya. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui studi epidemiologis
• Dalam menghadapi masalah kesehatan masyarakat seperti pencegahan penyakit atau fenomena lain seperti ledakan penduduk dapat dilakukan dalam upaya imunisasi, penyaringan terhadap orang yang mempunyai risiko terkena suatu penyakit walaupun penyakit belum tampak, dan upaya keluarga berencana untuk mengatasi ledakan penduduk


4. Peranan Epidemiologi
Epidemiologi diharapkan dapat berperan dalam pembanguan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan melalui kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan. 

Bentuk peran itu dapat dijabarkan dalam 7 peran utama (Valanis, 10), yaitu :
1.Investigasi etiologi penyakit
2.Identifikasi faktor resiko
3.Identifikasi sindrom dan klasifikasi penyakit
4.Melakukan diagnosis banding (differential diagnosys) dan perencanaan pengobatan
5.Surveilan status kesehatan penduduk
6.Diagnosis komunitas dan perencanaan pelayanan kesehatan
7.Evaluasi pelayanan kesehatan dan intervensi kesehatan masyarakat.

Selain itu Beoglehole (WHO 1977) mengemukakan 4 peran utama epidemiologi, yakni :
1.Mencari kausa; faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan dan yang menyebabkan terjadinya penyakit.
2.Riwayat alamiah penyakit : perlangsungan penyakit, bisa sangat mendadak (emergency), akut dan kronik.
3.Deskripsi status kesehatan masyarakat; menggambarkan proporsi menurut status kesehatan, perubahan menurut waktu, perbuhan menurut umur, dan lain-lain.
4.Evaluasi hasil intervensi; menilai bagaimana keberhasilan berbagai intervensi seperti promosi kesehatan, upaya pencegahan dan pelayanan kesehatan.

Contoh :
Surveilans Epidemiologi Berantas Penyakit Menular..!
Surveilans kasus lumpuh layuh akut (AFP) merupakan salah satu strategi dari eradikasi polio, yaitu melakukan pengamatan terus-menerus secara sistematis terhadap setiap kasus AFP.
Tujuannya, untuk mendeteksi kemungkinan keberadaan virus polio liar di suatu wilayah, sehingga dapat dilakukan mopping up atau upaya khusus untuk memutus transmisi virus polio liar agar tidak menyebar ke wilayah yang lebih luas.
Surveilans AFP harus dilaksanakan secara terus-menerus dengan kinerja surveilans berkualitas tinggi. Virus polio liar terakhir diisolasi di Indonesia pada tahun 1995. Tahun 1997, kinerja surveilans AFP Indonesia dievaluasi tim internasional di mana hasilnya dinyatakan baik. Tahun 1998, Indonesia dinyatakan sebagai daerah recently non endemic.
Namun, krisis ekonomi serta konflik sosial politik dan transisi desentralisasi sistem pemerintahan menurunkan kinerja surveilans AFP. Pada gilirannya, kemampuan untuk mendeteksi kemungkinan importasi virus polio liar ke wilayah Indonesia menjadi lemah.
Belajar dari cacar
Tahun 1960-an, Indonesia dikenal sebagai negara endemis tinggi cacar. Surveilans epidemiologi diterapkan sebagai dasar strategi pembasmian cacar pada tahun 1968. Strategi yang disebut surveillance containment action, atau upaya pembatasan kasus melalui surveilans tersebut, terdiri atas deteksi kasus secara dini lewat pencarian secara aktif serta penelusuran kasus ke belakang dan ke depan (mencari kasus yang ada sebelum maupun sesudah kasus yang ditemukan).
Selanjutnya, dilakukan vaksinasi pada radius 100 meter dari tempat kasus ditemukan/letusan (ring vaccination), dan kemudian dengan kunjungan teratur di tempat letusan sampai dua minggu sesudah kasus terakhir sembuh.
Dengan cara ini, setiap kasus atau letusan segera diketahui dan diatasi. Hasilnya, jumlah kasus dan provinsi yang terjangkit menurun pada tahun 1970, dan sejak Januari 1972 tidak ada lagi laporan adanya penderita cacar. Dua tahun kemudian, 25 April 1974, Indonesia dinyatakan sebagai negara bebas cacar, setelah dievaluasi komisi independen yang diorganisasikan oleh WHO.
Masalah yang dihadapi dalam eradikasi polio lebih rumit. Harus dibuktikan tidak ada kasus selama tiga tahun lewat surveilans yang baik. Padahal, sejak tahun 1999 kinerja surveilans AFP melemah. Di sisi lain, ada ancaman importasi virus polio liar dari negara lain yang belum bebas polio, risiko sirkulasi Sabin derived vaccine virus, yaitu turunan virus dari vaksin yang bereplikasi pada individu yang imunitas tubuhnya lemah atau pada populasi yang cakupan imunisasinya rendah. Indonesia juga berbatasan dengan negara yang kinerja surveilansnya tidak diketahui, yaitu Timor Lorosae. Selain itu, di India masih diidentifikasi adanya virus polio liar pada Mei-Juni 2002.
Untuk memastikan apakah Indonesia bebas polio, dilakukan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Depkes merekrut tenaga khusus surveillance officer untuk mengatasi penurunan kinerja surveilans AFP, baik di provinsi maupun di pusat, dengan dukungan tenaga dan biaya dari WHO.

Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :
1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
2. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
3. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

1. Penyebaran Penyakit
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu direnungkan yakni :
1. Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit atau yang terkena penyakit.
2. Di mana (where), di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
3. Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.
Jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit. Dengan perkataan lain terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama yakni orang, tempat dan waktu.

2. Kegunaan
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.
Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilamana masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.


5. Ruang Lingkup/Jangkauan Epidemiologi
Hal yang perlu kita perhatikan  sebagai tenaga kesehatan khususnya yang memiliki basikdi bidang epidemiologi yang mengetahui apa saja ruang lingkup atau jangkauan epudemiologi, karena ruang lingkup epidemiologi semaking berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Perkembangan tersebut secara kasat mata dapa kita lihat dalam lingkup kesehatan sekarang ini. Sebagai gambara perkembangan ruang lingkup epidemiolloogi dapat di lihat sebagai berikut.
Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan wabah melalui temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta bagaimana penanggulangan penaykait wabah tersebut. Kemudia tahap berikutnya berkembang lagi menyangkut penyakit yang infeksi non-wabah. Berlanjut lagi dengan mempelajari penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dll. Perkemnbang selanjutnya mulai meluas ke hal-hal yang bukan penyakit seperti fertilitas, menopouse, kecelakkaan, kenakalan remaja, penyalahgunaan obat-obat terlarang, merokok, hingga masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
Di era modern dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini memicu jangkauan epidemiolgi semakin meluas. Secara garis besarnya jangkauan atau ruang lingkup epidemiologi antara lain:
1.      Epidemiologi Penyakit Menular
2.      Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
3.      Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
4.      Epidemiologi Kesehatan Lingkungan
5.      Epidemiologi Kesehatan Kerja
6.      Epidemiologi Kesehatan Darurat
7.      Epidemiologi Kesehatan Jiwa
8.      Epidemiologi Perencanaan
9.      Epidemiologi Prilaku
10.  Epidemiologi Genetik
11.  Epidemiologi Gizi
12.  Epidemiologi Remaja
13.  Epidemiologi Demografi
14.  Epidemiologi Klinik
15.  Epidemiologi Kausalitas
16.  Epidemiologi Pelayanan Kesehatan
17.  dan sebagainya.
Perkembangan epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tantang bagi tenaga kesehatan yang harus lebih cermat dalam mengambil tindakan-tindakan yang tidak melenceng dari jangkauan tersebut. Adapun yang menjadi pemicu perkembangan pesat tersebut adalah perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang menununtut peningkatan kebutuhan masyarakat utamanya dalam bidang kesehatan sehingga kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Selain itu, metode epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular dapat juga digunakan untuk penyakit non-infeksi. Apalagi dengan munculnya berbagai macam fenomena kesehatan seperti penyakit baru dan lama (prevalensi) mendorong penelitian juga semakin meningakat. Demikian juga ilmu epidemiologi digunakan dalam mempelajari asosiasi-asosiasi  sebab- akibat fenomena masalah kesehatan dan penduduk




6. Pengertian Endemik, Epidemi, Pandemi, Sporadik


1.Penegertian Endemik
Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat pada suatu tempat / populasi tertentu. Epidemik ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas / daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang biasa.Sedangkan pandemik ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi yang banyak di berbagai daerah / negara di dunia.

Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.

Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). Bila infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponsial, suatu infeksi dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik (endemic steady state) suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu epidemik pada akhirnya akan lenyap atau mencapai tunak endemik, bergantung pada sejumlah faktor termasuk virotensi dan cara penulisan penyakit bersangkutan.

Dalam bahasa percakapan, penyakit endemik sering diartikan sebagai suatu penyakit yang ditemukan pada daerah tertentu, sebagai contoh AIDS sering dikatakan “endemik” di Afrika. Walaupun kasus AIDS di Afrika masih terus meningkat (sehingga tidak dalam keadaan tunak endemik) lebih tepat untuk menyebut kasus AIDS di Afrika sebagai suatu epidemi.

2. Epidemi
Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi berasal dari bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan “demos” berarti rakyat. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incide rate (laju timbulnya penyakit).
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia , pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.


3. Pandemi
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi :
• Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,
• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
• Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan.

4. Sporadik
Sporadik adalah  adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit)  yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan waktu







0 komentar:

Posting Komentar